Kebiasaan Keuangan Milenial yang Diam-diam Merugikan: Apakah Kamu Termasuk?
Milenial dikenal sebagai generasi yang kreatif, adaptif, dan melek teknologi. Tapi sayangnya, banyak dari mereka juga menyimpan kebiasaan keuangan yang diam-diam merugikan—dan yang lebih parah, tanpa disadari.
Apakah kamu sering belanja impulsif karena flash sale? Sering ‘ngopi cantik’ meski saldo tinggal seratus ribu? Atau justru merasa gaji selalu kurang padahal baru gajian seminggu lalu?
Jika iya, mungkin kamu termasuk dalam golongan milenial yang perlu waspada terhadap jebakan finansial modern.
Dalam artikel ini, kita akan bedah beberapa kebiasaan finansial milenial yang sering terjadi dan memberikan solusi nyata agar kamu bisa segera bangkit dan bebas finansial.
1. Hidup dari Gaji ke Gaji
Banyak milenial yang hidup hanya untuk menunggu gaji berikutnya. Padahal, gaji bukan sekadar untuk bertahan hidup — tapi juga harus bisa membangun masa depan.
Apa penyebabnya?
-
Gaya hidup yang melebihi penghasilan
-
Tidak mencatat pengeluaran
-
Tidak punya anggaran bulanan
Solusi:
Mulailah dengan membuat anggaran sederhana. Gunakan aplikasi keuangan atau bahkan catatan manual untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan.
2. Terlalu Bergantung pada Paylater dan Cicilan
“Beli sekarang, bayar nanti” terdengar menyenangkan. Tapi kenyataannya, bunga dan biaya admin bisa membunuh keuangan kamu secara perlahan.
Paylater dan cicilan membuat kamu merasa mampu beli barang mahal, padahal itu adalah utang terselubung.
Solusi:
Sebelum pakai fitur paylater atau cicilan, tanyakan pada diri sendiri: “Kalau harus bayar sekarang, sanggup nggak?” Kalau tidak, mungkin barang itu belum saatnya dimiliki.
3. Tidak Punya Dana Darurat
Kebanyakan milenial hanya berpikir tentang sekarang. Padahal hidup penuh kejutan: sakit, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan mendesak lainnya bisa terjadi kapan saja.
Tanpa dana darurat, kamu akan terpaksa berutang atau menjual aset penting.
Solusi:
Sisihkan minimal 10% dari gaji untuk dana darurat. Simpan di rekening terpisah dan jangan diganggu kecuali benar-benar genting.
4. Merasa Menabung Itu Nggak Keren
Milenial sering terjebak pada tren sosial media: traveling ke tempat eksotis, makan di kafe kekinian, beli gadget terbaru. Menabung dan investasi dianggap membosankan.
Padahal, menabung justru jalan menuju kebebasan finansial yang sesungguhnya.
Solusi:
Ubah mindset. Tabungan itu bukan larangan untuk menikmati hidup, tapi cara agar kamu bisa menikmatinya dengan tenang, tanpa stres soal uang.
5. Tidak Mengenal Konsep Investasi Jangka Panjang
Milenial suka hasil cepat. Tapi untuk urusan keuangan, yang cepat biasanya berisiko tinggi—dan sering berujung rugi.
Investasi seperti saham, reksa dana, atau koperasi simpan pinjam justru memberi hasil optimal dalam jangka panjang.
Solusi:
Mulailah belajar dari sekarang. Banyak platform edukasi gratis tentang keuangan. Fokus pada tujuan jangka panjang seperti membeli rumah, dana pensiun, atau pendidikan anak.
6. Gengsi Lebih Penting dari Stabilitas Finansial
Banyak milenial rela menghabiskan uang demi tampil “wah” di depan teman atau media sosial, meskipun keuangannya sendiri sedang babak belur.
Gengsi adalah musuh terbesar dompetmu.
Solusi:
Tetapkan nilai hidup kamu sendiri. Jangan ukur keberhasilan dari likes atau followers. Fokus pada kestabilan finansial yang nyata.
Kesimpulan: Saatnya Milenial Melek Finansial
Menjadi milenial bukan berarti harus ikut arus konsumtif. Kamu bisa jadi generasi yang mandiri secara finansial, punya tabungan, investasi, dan bebas dari utang.
Mulailah dari sekarang, karena semakin cepat kamu sadar, semakin cepat pula kamu bisa bebas secara ekonomi dan hidup tanpa tekanan utang.
Kamu tidak sendiri — koperasi dan berbagai komunitas keuangan seperti Alokop siap mendampingi kamu membangun keuangan yang sehat dan berkelanjutan.