Rahasia Orang Kaya: Mereka Nggak Nabung di Bank, Tapi di Aset Ini!

Orang kaya menyimpan uangnya dimana saja?

“Orang kaya itu kerjanya tidur tapi uangnya tetap masuk.”
Pernah dengar kalimat ini? Kedengarannya seperti mitos, padahal ada logika finansial kuat di baliknya. Salah satu penyebab kenapa orang kaya bisa tetap kaya (bahkan makin kaya) adalah: mereka tidak menabung di bank seperti kebanyakan orang.

Mereka mengelola uangnya bukan hanya untuk disimpan, tapi untuk ‘bekerja’.

Lantas, di mana sebenarnya orang kaya menyimpan uangnya?

1. Bank Bukan Tempat Menyimpan Kekayaan

Bank memang tempat yang aman, tapi bukan tempat terbaik untuk menumbuhkan kekayaan. Menurut data Bank Indonesia, rata-rata bunga tabungan per tahun adalah 1,5%—bahkan sering kali kurang dari itu.

Bandingkan dengan tingkat inflasi tahunan yang bisa mencapai 3-5%. Artinya? Uang di bank bukannya bertambah nilainya, tapi justru tergerus inflasi. Orang kaya menyadari hal ini, maka mereka mencari tempat lain untuk menyimpan dan menumbuhkan uangnya.

2. Investasi di Saham & Reksadana

Salah satu aset favorit orang kaya adalah saham. Menurut laporan Boston Consulting Group (2023), lebih dari 60% portofolio kekayaan individu high net worth di Asia ditempatkan dalam saham dan reksadana.

Mengapa?

  • Return bisa mencapai 8–15% per tahun.

  • Liquid alias mudah dicairkan kapan saja.

  • Banyak pilihan sektor dan instrumen.

Contoh: Warren Buffet—salah satu orang terkaya dunia—menjadi miliarder berkat investasi saham di perusahaan seperti Coca-Cola, Apple, dan American Express.

Di Indonesia, reksadana menjadi pilihan populer karena bisa dimulai dengan modal kecil dan dikelola oleh manajer investasi profesional.

3. Properti: Aset Jangka Panjang yang Konsisten Naik

Properti tetap menjadi aset favorit para orang kaya. Dari tanah kosong hingga apartemen mewah, aset properti cenderung naik nilainya setiap tahun.

Data Bank Dunia mencatat bahwa nilai tanah dan bangunan di kota besar Indonesia naik 5-12% per tahun dalam 10 tahun terakhir. Bahkan saat pandemi, sektor ini masih stabil.

Keuntungan properti:

  • Bisa disewakan untuk pendapatan pasif.

  • Nilainya cenderung meningkat dalam jangka panjang.

  • Bisa dijadikan jaminan atau diagunkan.

4. Bisnis dan Kepemilikan Usaha

Orang kaya tak hanya menjadi investor, tapi juga pemilik usaha. Menurut riset Credit Suisse, lebih dari 70% kekayaan miliarder dunia berasal dari kepemilikan bisnis.

Mereka membangun bisnis atau membeli saham mayoritas di perusahaan tertentu. Ketika bisnis tersebut sukses, nilai kekayaannya naik drastis.

Contoh lokal: Gibran Rakabuming Raka memulai dari bisnis kuliner hingga menjadi pemilik beberapa usaha makanan yang kini berkembang pesat.

5. Aset Alternatif: Emas, Crypto, hingga NFT

Beberapa orang kaya juga menyimpan kekayaannya dalam bentuk emas batangan, crypto, hingga koleksi NFT. Aset ini tergolong high-risk, tapi juga high return.

Emas:

  • Nilai stabil dan dianggap safe haven saat ekonomi gonjang-ganjing.

  • Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa harga emas naik rata-rata 9% per tahun dalam dekade terakhir.

Crypto:

  • Meski sangat fluktuatif, crypto seperti Bitcoin telah menghasilkan return luar biasa untuk early adopter.

NFT:

  • Hanya digunakan oleh sebagian kecil investor kelas atas yang paham pasar digital art.

6. Pendidikan & Pengembangan Diri

Yang mengejutkan: orang kaya juga “menabung” dalam bentuk ilmu. Mereka menginvestasikan dana besar untuk mengikuti workshop, kuliah bisnis, atau sertifikasi.

Mengapa? Karena ilmu bisa mendatangkan peluang bisnis, jaringan, dan pengalaman yang bisa membuka lebih banyak sumber penghasilan.


Kesimpulan:

Orang kaya tidak mengandalkan tabungan, mereka mengandalkan strategi.
Menabung itu penting untuk dana darurat, tapi untuk membangun kekayaan jangka panjang, kamu perlu berpikir seperti mereka:

  • Mulai investasi, meskipun kecil.

  • Diversifikasi aset.

  • Jangan biarkan uangmu “tidur” di bank.

Jika kamu ingin meniru gaya orang kaya, ubah mindset keuanganmu sekarang juga!