Apa Itu Sistem Kepemilikan Socios?
Real Madrid dan Barcelona bukan klub sepak bola biasa. Mereka dikelola dengan model kepemilikan berbasis anggota, atau yang disebut socios. Artinya, klub ini tidak dimiliki oleh satu orang kaya atau investor, melainkan oleh ratusan ribu fans yang terdaftar sebagai anggota resmi.
Para socios membayar iuran tahunan, dan sebagai gantinya mereka mendapatkan hak suara untuk memilih presiden klub serta dewan direksi. Inilah yang membuat klub tetap akuntabel dan berorientasi pada komunitas, bukan semata-mata pada keuntungan.
Sejarah Model Koperasi Real Madrid dan Barcelona
Sejak awal berdiri, Real Madrid dan Barcelona memang dibangun sebagai klub komunitas. Real Madrid lahir tahun 1902 dan langsung menetapkan bahwa setiap keputusan usaha dan kepemilikan klub di tangan para anggotanya. Demikian pula FC Barcelona (didirikan 1899 oleh Joan Gamper) selalu bergantung pada kontribusi dan kontrol penggemar sebagai anggota koperasi klub. Kondisi ini diuji tahun 1992 ketika pemerintah Spanyol mengeluarkan Ley 10/1990 del Deporte yang mewajibkan semua klub profesional menjadi Perseroan Terbatas. Namun, Barcelona dan Real (bersama Athletic Bilbao dan Osasuna) terbukti menguntungkan selama lima tahun sebelumnya sehingga mendapat pengecualian untuk tetap berstatus asosiasi anggota non-profit. Dengan demikian kedua klub tetap mempertahankan model socios-owned hingga kini.
Sejarah Klub yang Berdiri di Atas Semangat Koperasi
Real Madrid didirikan pada tahun 1902, sedangkan Barcelona sudah ada sejak 1899. Sejak awal, keduanya dibentuk sebagai klub komunitas, bukan korporasi.
Tahun 1990, pemerintah Spanyol mengeluarkan aturan bahwa semua klub sepak bola profesional harus berbentuk perseroan terbatas. Tapi karena Real Madrid dan Barcelona menunjukkan kinerja keuangan yang sehat selama lima tahun berturut-turut, mereka mendapatkan pengecualian dan diizinkan tetap menjadi asosiasi non-profit. Hingga hari ini, model koperasi ini tetap dijalankan.
Suporter Punya Hak Suara, Bukan Hanya Jadi Penonton
Model socios bukan sekadar simbol. Setiap beberapa tahun sekali, klub menyelenggarakan pemilu presiden. Para socios berhak memilih siapa yang akan memimpin klub.
Selain itu, sekitar 2.000 anggota terpilih duduk dalam Majelis Anggota, semacam badan legislatif internal klub. Mereka menyetujui anggaran, mengawasi pengeluaran, dan bahkan bisa memakzulkan presiden jika dianggap lalai.
Model ini membuat fans merasa benar-benar memiliki klub. Mereka tidak sekadar membeli tiket dan merchandise, tapi juga punya andil dalam arah dan masa depan klub.
Stabilitas Finansial dan Kebijakan Klub
Real Madrid terkenal dengan manajemen keuangan yang konservatif. Real adalah klub terkaya dunia dengan rekor pendapatan tahunan melebihi €1 miliar, dan umumnya mencatat keuntungan operasional karena pengeluaran dikontrol ketat. Struktur socios memaksa klub mengandalkan sumber daya sendiri (tiket, hak siar, sponsor) tanpa suntikan modal segar dari investor tunggal. Barcelona, di sisi lain, sempat menghadapi krisis utang besar (nilai kewajiban mencapai ratusan triliun rupiah) akibat belanja transfer pemain yang masif. Untuk mengatasinya, Barcelona menjual sebagian aset hak siar liga dan perusahaannya (Barça Studios) ke investor, serta mengambil utang baru demi mengurangi beban kewajiban. Meski menghadapi tantangan, kedua klub berupaya menjaga struktur socios-owned: Presiden klub seperti Florentino Pérez bahkan mengusulkan reorganisasi formal agar aset klub tetap terlindungi di tangan anggota . Dengan begitu, filosofi koperasi mendorong kedisiplinan keuangan dan perencanaan strategis, serta menghindarkan klub dari ketergantungan spekulatif investor tunggal.
Bagaimana Model Ini Menghasilkan Klub Sepak Bola Terkaya?
Meski dimiliki fans, Real Madrid adalah salah satu klub sepak bola terkaya di dunia. Mereka menghasilkan lebih dari €1 miliar per tahun dari hak siar, sponsor, tiket pertandingan, dan penjualan merchandise.
Model koperasi justru membuat klub lebih hati-hati dalam berinvestasi. Tanpa adanya pemilik tunggal yang bisa menyuntik dana sewaktu-waktu, klub harus menjaga keuangan secara disiplin dan transparan.
Barcelona sendiri sempat mengalami krisis keuangan akibat belanja besar-besaran. Namun, mereka tetap mempertahankan model socios dengan menjual sebagian hak siar dan mencari solusi jangka panjang.
Relevansi untuk Koperasi di Indonesia
Model kepemilikan Real Madrid dan Barcelona sangat relevan untuk koperasi di Indonesia. Bayangkan jika koperasi pertanian, koperasi simpan pinjam, atau koperasi sekolah dikelola dengan prinsip yang sama:
-
Anggota bukan hanya penyetor uang, tapi juga pemilik dan pengambil keputusan.
-
Transparansi keuangan dijaga dengan baik.
-
Keputusan besar diambil bersama, bukan oleh segelintir orang.
Prinsip seperti ini akan meningkatkan loyalitas, partisipasi, dan bahkan pertumbuhan usaha koperasi. Klub sebesar Real Madrid dan Barcelona sudah membuktikan bahwa model koperasi bukan hal kuno — justru ini adalah masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Pelajaran untuk Pebisnis dan Fans Sepak Bola
Bagi penggemar sepak bola, artikel ini bisa jadi membuka mata. Klub favorit Anda mungkin hanya peduli pada uang, sementara klub seperti Real Madrid dan Barcelona benar-benar mendengarkan fans mereka.
Bagi pelaku usaha dan pegiat koperasi, kisah dua klub raksasa ini membuktikan bahwa model bisnis berbasis komunitas bisa sangat sukses — bahkan di panggung internasional.
Jika koperasi di Indonesia ingin tumbuh besar, salah satu jalannya adalah dengan belajar dari sistem socios: demokratis, transparan, dan berbasis komunitas.
Kesimpulan:
Real Madrid dan Barcelona adalah contoh hidup bahwa koperasi bukan hanya bisa bertahan, tapi bisa menjadi yang terbaik di dunia. Mereka bukan milik satu orang kaya, tapi milik ratusan ribu fans yang setia dan terlibat aktif. Model ini bukan hanya inspiratif bagi dunia sepak bola, tapi juga bagi koperasi, bisnis, dan komunitas di seluruh dunia.